RADAR SULTIM – Rapat dengar pendapat di DPRD Banggai pada Senin 8 Agustus 2022, mengenai tuntutan warga Desa Siuna diberdayakan dalam aktifitas tambang nikel, diwarnai sebuah insiden keributan dalam ruang rapat.
Keributan itu terjadi ketika Irwansyah SH atau yang lebih dikenal masyarakat Kabupaten Banggai dengan nama Iwan Bokir, menggebrak meja ketika tengah berbicara di hadapan Komisi 1 DPRD Banggai.
Bukan hanya sekali, gebrakan meja dilakukan Iwan Bokir berkali-kali dalam rapat yang juga dihadiri KUPP Pagimana, instansi Pemda Banggai, serta puluhan warga Siuna.
Gebrakan meja yang terdengar sangat keras dari Iwan Bokir, langsung direspon ketua Komisi 1 DPRD Banggai Irwanto Kulab saat itu juga.
Yang nyaris mengusirnya keluar dari ruang rapat, karena dinilai tak menghargai.
Rupanya, Iwan Bokir memiliki alasan sendiri mengapa dia tak mampu menahan diri lagi mengebrak meja di hadapannya.
Alasan yang juga membuat mantan aktifis Kabupaten Banggai yang dijuluki Pahlawan Revolusi itu, harus kembali turun gunung berteriak di jalanan.
Pria yang telah tergabung dalam salah satu organisasi advokat itu, ternyata sangat miris dengan apa yang dialami warga Desa Siuna.
“Sumber daya alam di Siuna saat ini dikeruk besar-besaran pertambangan nikel. Tapi ternyata tak ada faedah berarti yang diterima warganya,” sebut Iwan Bokir.
Dirinya kemudian menceritakan sebuah pengalaman yang baru saja ditemuinya, seputar investasi di Siuna, Kecamatan Pagimana.
“Seorang adik dari Siuna menghubungi saya, menanyakan soal aksi menutup jalan beberapa waktu lalu.
“Saya jelaskan, aksi itu karena mereka tidak diberdayakan untuk bisa bekerja,” kata dia.
“Yang dikatakan kemudian oleh adik itu, sangat miris bagi saya. Dirinya sangat setuju. Mengapa, karena saat ini banyak anak-anak dari Siuna, yang ingin lanjut sekolah atau kuliah, namun terkendala biaya,” pungkas Iwan.
Anak-anak dari Desa Siuna tak mampu melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya, oleh Iwan Bokir dinilai sesuatu yang tidak relevan.
Mengingat di Desa itu, ada tiga perusahaan raksasa yang menambang nikel dengan besar-besaran.
“Sangat miris, kasihan. Saya sudah menanyakan langsung soal ini ke warga Siuna. Dan memang kenyataannya seperti itu,” tandas.
Warga Siuna dikatakan Iwan, jika sebelumnya sangat senang menerima hadirnya investasi, belakangan mempertanyakan faedah untuk mereka.
“Ini yang menjadi alasan saya untuk turun kembali ke jalan. Percuma darah ini mengalir jika bukan untuk membela rakyat,” tegas dia.
Iwan Bokir sendiri saat ini menjadi pihak pendamping warga Siuna, yang memintanya untuk ikut memperjuangkan hak-hak warga atas kesejahteraan.